Thursday, April 29, 2010

Misteri hilangnya awak kapal Mary Celeste

Misteri ini bermula pada tanggal 5 Desember 1872. Saat itu sekitar pukul 1 siang ketika orang-orang di atas kapal melihat adanya sebuah kapal lain bertiang dua memasuki selat Gibraltar. Ketika diperiksa, mereka tidak bisa menemukan seorangpun di atas kapal. Dengan kata lain, seluruh penumpang kapal tersebut lenyap tanpa bekas.


Kisah Mary Celeste sebenarnya sudah sangat sering diceritakan, baik oleh media ataupun film-film Holywood. Tapi, saya ingin mengajak kalian yang belum mengetahui detail kasus ini untuk mereview kembali urutan peristiwanya dan teori pemecahan misterinya.

Sejarah Mary Celeste

Kapal itu adalah sebuah kapal dagang dari New York yang bernama Mary Celeste. Panjangnya sekitar 31 meter dan dibangun oleh sebuah perusahaan Kanada. Kapal yang awalnya diberi nama Amazon ini memiliki berat 282 ton dan didaftarkan di New York atas nama tiga orang, yaitu James H Winchester, Sylvester Goodwin dan Benjamin Spooner Briggs.

Kapal ini memang dianggap membawa nasib buruk karena adanya beberapa kejadian dalam pelayarannya. Kapten pertamanya, seorang pria Skotlandia bernama Robert McLellan terkena Pneumonia dan meninggal hanya sembilan hari setelah memimpin kapal.

John Nutting Parker, kapten berikutnya, tanpa sengaja menabrak sebuah kapal nelayan sehingga kapal itu harus kembali ke galangan untuk diperbaiki. Di galangan kapal, api tiba-tiba muncul dan membakar bagian tengah kapal. Karena insiden ini, kapten Parker kehilangan jabatannya sebagai kapten kapal.

Lalu, ketika sedang berlayar di laut Atlantis, kapal itu menabrak sebuah kapal lain di selat Inggris. Ini menyebabkan kapten yang baru juga dipecat.

Walaupun mengalami beberapa kejadian buruk, tahun-tahun berikutnya, kapal ini mulai memberikan keuntungan bagi pemilik barunya. Ia digunakan untuk membawa berbagai macam barang melewati Hindia Barat, Amerika Tengah hingga Amerika Selatan.

Setelah kapal ini terhempas badai ke teluk Glace pada tahun 1867, pemiliknya menjualnya dengan harga $11.000 (sekitar $160.000 saat ini) kepada James H Winchester dari New York. Mr.Winchester lalu mengganti nama kapal itu menjadi Mary Celeste.


Ia juga memecah kepemilikan kapal ini menjadi 64 lembar saham dan Benjamin Spooner Briggs, seorang pelaut berpengalaman, membeli sebagian dari saham tersebut. Ia kemudian diangkat menjadi kapten Mary Celeste.

Dan di bawah kendali Kapten Briggs, misteri itu mulai terjadi.

Kapten Benjamin Briggs

Pelayaran Bersejarah
Pada tanggal 5 November 1872, di bawah pimpinan Kapten Briggs, kapal itu berlabuh di New York dan mengambil kargo berupa 1.701 barel alkohol yang bernilai sekitar $35.000 (sekitar $513.000 uang saat ini) untuk dimuat ke kapal. Jumlah yang cukup besar, bahkan untuk ukuran saat ini. Karena barang yang dibawa cukup berharga, kargo tersebut diasuransikan di Eropa.

Perjalanan Mary celeste direncanakan dimulai dari Staten Island, New York, menuju Genoa, Italia.

Selain kapten dan tujuh orang awak, kapal itu juga mengangkut dua penumpang lainnya yaitu istri Kapten Briggs yang bernama Sarah dan putri kecil mereka yang baru berusia dua tahun bernama Sophia Mathilda. Jadi total penumpang kapal itu ada 10 orang.

Sarah Briggs


Sophia Mathilda Briggs

Sebelum Mary Celeste meninggalkan New York, Kapten Briggs sempat berbincang-bincang dengan David Reed Morehouse, teman lamanya yang juga merupakan kapten dari kapal dagang Inggris, Dei Gratia. Dari perbincangan itu, kedua kapten mengetahui bahwa mereka ternyata memiliki tujuan pelayaran yang hampir sama, yaitu menuju laut Atlantik melewati selat Gibraltar menuju Mediterania.

Namun Kapal Dei Gratia masih menunggu muatan kapalnya tiba. Jadi Mary Celeste berlayar terlebih dahulu pada tanggal 7 November 1872. Sedangkan Dei Gratia menyusul 8 hari setelahnya.

Kedua kapten tersebut tidak mengetahui bahwa nasib akan kembali mempertemukan dua kapal itu dalam situasi yang sama sekali berbeda.

Terombang-ambing tanpa awak
Setelah Dei Gratia berlayar selama kurang lebih tiga minggu, pada tanggal 5 Desember 1872, sekitar jam 1 siang, seorang awak bernama John Johnson melihat ada sebuah kapal yang berjarak sekitar 5 mil di depannya. Posisi Dei Gratia saat itu sekitar 600 mil sebelah barat Portugal.


Johnson segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kapal itu. Posisinya menyimpang dan layarnya terlihat sedikit robek. Johnson segera menghubungi perwira kedua kapal bernama John Wright yang kemudian menghubungi Kapten.

Ketika mendekat, mereka menyadari bahwa kapal itu adalah Mary Celeste. Kapten Morehouse terheran-heran karena menyadari kalau Mary Celeste seharusnya sudah tiba di Italia.

Kapal Dei Gratia mendekati kapal itu hingga jarak 400 yard dan mengamatinya selama beberapa lama. Mereka kemudian menyimpulkan kalau kapal itu telah terbawa arus menuju selat Gibraltar.

Lalu, awak kapal Dei Gratia yang bernama Oliver Deveau memimpin sebuah tim kecil menuju ke atas kapal Mary Celeste.

Kondisi di dalam Mary Celeste
Di atas kapal, Deveau menemukan kapal dalam keadaan basah dan tidak menemukan satupun penumpang di dalamnya. Ia juga melaporkan adanya banyak air di dek dan adanya air setinggi 1,1 meter di dalam palka. Walaupun begitu, kapal yang mengalami kondisi ini masih dianggap normal dan layak berlayar.

Semua dokumen kapal, kecuali catatan pelayaran kapten, telah hilang. Jam berhenti berfungsi dan kompasnya telah hancur, mungkin akibat jatuh. Sekstan dan kronometer pelayaran juga hilang.

Sebuah sekoci untuk menyelamatkan diri tidak ditemukan di tempatnya. Bekas-bekas yang ada di sekitarnya menunjukkan kalau sekoci itu dilepas dengan sengaja. Namun anehnya, jas hujan yang digunakan untuk berjaga-jaga masih lengkap dan tidak dibawa ke dalam sekoci.

Lalu jangkar kapal juga tidak diturunkan, layar tidak dinaikkan dan kemudi tidak dikunci sehingga berputar dengan liar.

Kargo berupa 1.701 barel alkhol ditemukan masih dalam keadaan lengkap. Namun ketika muatan itu dibongkar di Genoa, 9 tong barel ditemukan kosong. Tetapi tidak terlihat adanya bekas kebocoran ataupun bau alkohol yang tercium keluar.

Persediaan makanan yang dimaksudkan untuk enam bulan masih terjaga dengan baik. Air bersih juga masih bisa ditemukan di atas kapal. Sepertinya hanya sedikit sekali makanan yang dibawa ke atas sekoci.

Semua barang pribadi para kru dan barang berharga lainnya juga tidak tersentuh sama sekali. Ini membuat teori bajak laut menjadi tidak mungkin. Lagipula tidak ada tanda-tanda kekerasan yang terjadi di atas kapal.

Ketika masuk ke ruangan salah seorang awak Mary celeste, Albert Richardson, Deveau menemukan adanya beberapa tulisan yang terlihat seperti kalkulasi yang belum selesai. Ini menunjukkan kalau Richardson telah dipanggil dengan tiba-tiba.

Dalam kabin Briggs, Deveau tidak menemukan adanya catatan yang menunjukkan adanya kabar mengenai cuaca buruk.

Semua indikasi ini menunjukkan kapal ditinggalkan dengan terburu-buru. Tetapi karena apa ?

Oliveur Deveau kemudian membawa Mary celeste menuju Genoa, Tujuan yang tidak sempat diselesaikan kapten Briggs. Kapal itu mencapai Genoa sekitar 10 hari kemudian. Dan penyelidikanpun dilakukan oleh Vice Admiralty Court di Gibraltar untuk menentukan apa yang terjadi pada Mary Celeste.

Apa yang menyebabkannya?

Sejak lama, misteri ini telah menarik perhatian perhatian sejumlah besar orang dan banyak teori telah diajukan untuk menjelaskan peristiwa ini, mulai dari penculikan oleh alien, lorong waktu, monster laut hingga segitiga bermuda. Soal segitiga bermuda, kita bisa mengabaikan itu karena karena posisi kapal berada jauh dari lokasi itu.

Selain teori diatas yang sepertinya tidak masuk akal, teori lainnya yang lebih ilmiah juga dipertimbangkan.

Karena tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan di kapal atau bercak darah dan tidak adanya barang berharga yang hilang, maka teori bajak laut dan pemberontakan menjadi tidak mungkin.

Jadi, kita bisa melihat kepada alternatif teori lainnya.

Pembunuhan oleh Kru Dei Gratia

Menurut beberapa penulis, ada kemungkinan para awak Mary Celeste dibunuh oleh awak Dei Gratia dengan tujuan untuk mengamankan hak kepemilikan kapal karena penemuan kapal itu.

Namun teori ini dibantah karena Kapten Dei Gratia, David Moorehouse, adalah teman lama kapten Briggs. Lagipula, kapal Dei Gratia berlayar 7 hari setelah Mary Celeste sehingga tidak mungkin kapal ini bisa menyusulnya.

Penyelidikan oleh otoritas berwenang di Gibraltar juga tidak menemukan indikasi ini.

Penipuan Asuransi
Teori ini mengatakan adanya kemungkinan Kapten Briggs dan Kapten Moorehouse berkomplot untuk melakukan penipuan asuransi dan sesungguhnya kapten Briggs masih hidup dengan menggunakan identitas baru.

Namun teori ini juga dibantah karena hasil penggantian asuransi tidak akan cukup untuk membiayai hari tua mereka berdua.

Badai
Teori ini mengatakan kalau Mary Celeste menjumpai badai. Lalu air mulai memenuhi kapal dan para kru segera menyelamatkan diri dengan sekoci.

Walaupun argumen ini cukup masuk akal, namun beberapa fakta sepertinya tidak mendukung. Misalnya, jumlah air di kapal tidak cukup untuk menenggelamkannya. Kapten Briggs yang berpengalaman pasti mengetahui hal ini sehingga ia tidak akan dengan gegabah memerintahkan evakuasi. Lagipula, tidak ada badai yang dilaporkan terjadi di wilayah itu ketika Mary Celeste berlayar.

Gempa Bumi

Teori ini diajukan oleh kapten David Williams yang pernah mengalami beberapa kali gempa bumi ketika sedang berlayar. Menurut kapten Williams, mungkin sebuah gempa bumi telah terjadi dan membuka 9 tong barel berisi alkohol yang kemudian bocor ke lambung.

Gempa ini juga dipercaya telah menyebabkan perapian di dek bergeser. Bau alkohol dan bara api yang tercium mungkin telah membuat para awak meninggalkan kapal untuk menyelamatkan diri. Tetapi, karena kapal Mary Celeste terus berlayar sendiri, para awak di sekoci tidak dapat mengejarnya dan mati di laut.

Aktifitas seismik memang umum terjadi di wilayah itu dan karena itu, teori ini cukup populer dan sering disinggung oleh para penulis.

Namun teori ini menjadi lemah karena para awak kapal Dei Gratia tidak merasakan adanya gempa itu, demikian juga dengan para penduduk sekitar di Portugis. Lagipula tidak ada bau alkohol yang tercium di kapal dan tidak ada bukti tumpahan alkohol di palka.

Semburan Air (WaterSpout)

Waterspout adalah semburan air laut yang menjulang tinggi seperti tornado. Jika waterspout terjadi, maka para awak Mary Celeste akan merasakan kapal seperti tenggelam sehingga mungkin mereka telah meninggalkan kapal dalam usaha menyelamatkan diri.


Ini mungkin bisa menjelaskan mengapa kapal Mary Celeste ditemukan dalam keadaan basah, kompas yang rusak, dan kondisi yang terlihat seperti kapal ditinggalkan tiba-tiba.

Teori ini termasuk teori yang paling masuk akal yang pernah diajukan.

Risiko Ledakan
Teori ini diajukan oleh James Winchester. Ketika Mary Celeste ditemukan, 9 tong barel anggur ditemukan dalam keadaan kosong. Ini bisa terjadi karena 9 tong tersebut ternyata terbuat dari kayu oak merah, bukan kayu oak putih seperti yang lainnya. Kayu oak merah dikenal sebagai kayu yang berpori-pori besar dan gampang bocor.

Kapten Briggs yang tidak pernah membawa barang berbahaya seperti alkohol mungkin telah memutuskan untuk meninggalkan kapal ketika mencium bau alkohol karena takut akan adanya ledakan.

Sejarawan Conrad Byers percaya kalau teori ini yang paling masuk akal.

Ia percaya kalau kapten Briggs mungkin telah memerintahkan dibukanya lubang palka sehingga menimbulkan semburan uap. Kapten yang mengira akan terjadi ledakan akhirnya memerintahkan untuk meninggalkan kapal dengan terburu-buru.

Teori ini kemudian disempurnakan oleh ilmuwan dari Jerman, Eigel Wiese. Ia meminta tim dari University College London untuk menciptakan eksperimen yang menunjukkan efek ledakan uap alkohol. Dalam eksperimen itu, terbukti kalau uap alkohol yang terbakar telah meledakkan lubang palka sehingga terbuka, namun ledakan itu tidak cukup kuat untuk merusak sekelilingnya. Karena panik, kapten Briggs mungkin telah memerintahkan untuk meninggalkan kapal.

Teori Eiese ini dianggap sebagai argumen paling logis yang bisa menjelaskan misteri Mary Celeste.

Setelah peristiwa misterius itu, Mary Celeste kemudian dijual oleh James Winchester dengan kerugian yang cukup besar. Selama 13 tahun berikutnya, kapal itu berpindah tangan sebanyak 17 kali.

Pada tanggal 3 Januari 1885, pemilik terakhirnya yang bernama GC parker berusaha menenggelamkan kapal itu di laut Karibia dengan cara membakarnya dalam usaha untuk menipu perusahaan asuransi. Saat itu, kapal itu memuat kargo yang diasuransikan dengan nilai besar. Namun usaha ini diketahui dan GC parker pun dipenjara.

Karena kerusakan berat akibat usaha GC Parker, kapal Mary celeste dibiarkan begitu saja dan perlahan-lahan tenggelam ke laut, membawa pergi semua misteri yang menyertainya.

(wikipedia, maryceleste.net, history.noaa.gov)

Monday, April 26, 2010

Kisah Dolores Barrios - Alien di tengah Konferensi

Apakah para alien dari planet Venus hidup dan tinggal di antara kita? Entahlah, tapi sebagian orang sangat mempercayainya.


Kisah yang akan saya tulis ini adalah sebuah kisah menarik yang muncul dari dunia ufology. Jika kalian mempercayai kisah ini, maka imajinasi kalian akan melambung semakin tinggi. Jika kalian tidak mempercayainya, maka, anggap saja kisah ini hanya sebuah dongeng pengantar tidur.

Pada tanggal 7-8 Agustus 1954, sebuah konferensi UFO diadakan di puncak gunung Palomar, California, yang memiliki ketinggian sekitar 1.800 meter.

Konferensi ini menampilkan 3 pembicara yang termashyur dalam dunia ufology. Salah satunya adalah George Adamsky yang mengaku pernah mengadakan kontak dengan alien dari Venus, yang sering disebut Venusian, dan bahkan mengaku pernah masuk ke dalam pesawat mereka.

Lebih dari 1.000 peserta mengikuti konferensi ini, termasuk para jurnalis. Nah, entah apa yang menarik dari acara ini, konon, Agen-agen FBI juga berkeliaran di tempat itu.

Ketika konferensi dimulai, setiap pembicara mulai menceritakan pengalaman mereka berhubungan dengan alien.

Tiba giliran Adamsky. Ia lalu menceritakan mengenai para Venusian yang menurutnya memiliki wajah dan postur tubuh mirip manusia. Para Venusian ini telah berdiam di antara manusia dan mereka tinggal di kota-kota besar.

Hmm, kedengarannya seperti film Man in Black.

Adamsky juga menunjukkan sebuah gambar ilustrasi yang menunjukkan wajah seorang Venusian


Lalu, sesuatu yang menarik terjadi di akhir sesi.

Diantara para peserta, terjadi sebuah kehebohan.

Ternyata, para peserta konferensi melihat ada seorang wanita dan dua pria diantara mereka yang memiliki wajah eksotis dan tidak biasa.

Sebenarnya, bisa saja ketiga orang tersebut hanya kebetulan memiliki wajah yang eksotis, namun, entah siapa yang memulai bisik-bisik, sebentar saja, timbul rumor kalau ketiga orang itu adalah para Venusian yang sedang mengikuti konferensi.

Ketiga orang itu berkulit putih. Yang wanita memiliki rambut pirang yang panjang. Namun, yang menarik perhatian adalah bola matanya yang berwarna hitam. Wanita ini, terlihat mirip dengan gambar ilustrasi Venusian yang ditampilkan oleh Adamsky (walaupun yang dimaksud dalam gambar Adamsky adalah seorang Venusian pria).


Mungkin cukup wajar kalau para peserta konferensi tertarik dengan mereka bertiga. Jarang kita mendengar ada tiga orang sahabat yang sama-sama memiliki wajah eksotis.

Salah seorang peserta seminar yang lugu (atau kurang ajar), tanpa basa-basi, segera bertanya:

"Apakah anda seorang Venusian?"


Wanita itu tersenyum dan dengan tenang menjawab: "Bukan".

"Mengapa kalian kemari?"

"Karena kami tertarik dengan subjek ini."

"Apakah kamu percaya dengan piring terbang?"

"Ya!"

"Apakah benar yang dikatakan oleh Mr.Adamsky kalau mereka berasal dari Venus?"

"Ya mereka memang dari Venus!"


Jawaban terakhir ini memang membingungkan! Apa maksud wanita itu mengiyakan (seakan-akan dia tahu pasti)?

Di antara para peserta konferensi, ada banyak Jurnalis. salah satunya adalah wartawan majalah "O Cruzeiro" dari Brazil yang bernama Joao Martins. Ia segera melihat kesempatan untuk membuat berita dan mulai mewawancarai mereka bertiga.

Dari wawancara ini, ia berhasil mendapatkan beberapa informasi tambahan.

Wanita berwajah eksotik itu ternyata bernama Dolores Barrios dan bekerja sebagai perancang busana. Nama kedua teman prianya adalah Donald Morand dan Bill Jackmart. Keduanya mengaku sebagai musisi. Mereka bertiga tinggal di Manhattan Beach, California.

Ini wajah mereka. Eksotis?


Awalnya, mereka menolak untuk difoto dan sepertinya terganggu karena para peserta terus menyebut mereka sebagai Venusian. Namun, pada hari kedua konferensi, mereka mulai mengijinkan para jurnalis untuk mengambil fotonya.

Wah, paling tidak, Dolores masih memiliki bayangan.

Kisah ini kemudian tersebar luas tanpa klarifikasi.

Ada sebuah informasi tambahan yang cukup menarik (walaupun bisa saja hanya sebuah rumor). Konon, ketika Joao Martins mengambil foto Dolores, Ia menggunakan lampu blitz.

Cahaya Blitz yang terang benderang ternyata membuat Dolores kaget dan membuatnya segera berlari ke hutan. Beberapa waktu kemudian, sebuah piring terbang terlihat melesat ke langit. Namun, tidak ada satu orangpun yang berhasil mendapatkan fotonya.

Menarik kan?

Jika ketiga orang itu hanya peserta biasa yang kebetulan memiliki wajah yang lebih eksotis, maka mereka adalah orang paling sial (atau beruntung) di konferensi itu.

Jika mereka bertiga adalah Venusian yang sedang menyamar, maka mereka harus belajar teknik menyamar yang lebih baik.

Bisa saja kisah ini telah bercampur dengan bumbu. Lagipula, satu-satunya sumber yang mempublikasikan foto ketiga orang berwajah eksotis tersebut adalah Joao Martins.

Jadi, saya rasa tidak bisa disalahkan kalau sebagian besar orang akan menganggap kisah ini sebagai hoax. Berbeda jika peristiwa ini terjadi di masa sekarang. Dengan gampang, kita bisa mencari profil Dolores di Facebook.

Karena itu, seperti yang saya katakan di atas. Anggap saja ini sebuah dongeng pengantar tidur.

(forgetomori.com)

Friday, April 23, 2010

Bigfoot Patty - Kontroversi rekaman Patterson Gimlin

Di dalam dunia Cryptozoology, tidak ada yang bisa menyaingi ketenaran dua monster ini, Nessie dari Lochness dan Bigfoot Patty dari Bluff Creek.


Selama ini, saya belum pernah membahas soal Bigfoot secara khusus. Walaupun sudah sering dibahas di media, saya ingin mengajak kita untuk mereview kembali salah satu rekaman Cryptozoology paling mengagumkan yang pernah ada.

Dalam rekaman ini, satu makhluk besar yang dipercaya sebagai Bigfoot tertangkap kamera dengan sangat jelas, tidak samar-samar seperti rekaman cryptozoology lainnya. Bigfoot ini, dikemudian hari diberi nama Patty, dari nama Roger Patterson, pria yang mengambil rekaman itu.

Bigfoot di Bluff Creek
Pada abad ke-19, sebenarnya sudah banyak laporan mengenai penampakan makhluk besar berbulu di wilayah Kanada dan Amerika Serikat. Namun, makhluk ini baru terkenal ke seluruh dunia pada tahun 1958.

Saat itu, di wilayah Bluff Creek, California Selatan, para pemburu menemukan sekumpulan jejak-jejak kaki besar di tanah dan jejak-jejak ini tidak sesuai dengan deskripsi hewan apapun yang dikenal sains pada masa itu.

Lalu, pada tanggal 5 Oktober 1958, seorang jurnalis surat kabar Humbolt Times bernama Andrew Genzoli mulai menyebut makhluk ini dengan nama Bigfoot.

Dengan demikian, nama Bigfoot mulai terkenal ke suluruh dunia dan wilayah Bluff Creek mulai terkenal sebagai tempat kediaman Bigfoot. Karena itu, selama puluhan tahun berikutnya, para pemburu dan penjelajah sering mendatangi wilayah ini untuk berburu atau hanya sekedar berkemah.

Pada tanggal 20 Oktober 1967, seorang pensiunan penunggang rodeo dan peternak kuda bernama Roger Patterson sedang mengendarai kuda bersama temannya yang bernama Robert Gimlin di sepanjang wilayah Bluff Creek untuk mencari jejak Bigfoot.

Apa yang mereka jumpai hari itu jauh melampaui perkiraan.

Ketika sedang mengelilingi wilayah itu, mereka mendengar suara gemerisik di antara pepohonan. Beberapa saat kemudian, sebuah figur besar berbulu muncul di pinggir sungai dan berjalan menjauhi mereka.

Kuda yang ditunggangi Patterson mulai gelisah, mungkin karena mencium bau makhluk itu. Patterson segera meraih kamera yang ada di tasnya dan segera berlari mendekati makhluk itu. Ia lalu meminta Gimlin untuk berjaga-jaga dengan senapan.

Lalu, Patterson mulai mengambil rekaman sepanjang 53 detik yang dikemudian hari akan menjadi rekaman Cryptozoology yang paling kontroversial.

Menurut Patterson, awalnya makhluk itu berjarak sekitar 37 meter darinya. Lalu, Patterson mulai bergerak mendekatinya hingga hanya berjarak 24 meter.

Makhluk itu terlihat berjalan dengan santai di pinggir sungai. Lalu memandang ke belakang sehingga memperlihatkan wajahnya untuk sesaat, seakan-akan mengetahui kehadiran Patterson dan Gimlin. Lalu, ia menghilang di antara pepohonan. Menurut Perkiraan Patterson, makhluk itu memiliki tinggi sekitar 1,8 meter hingga 2,1 meter.

Jika makhluk ini benar-benar Bigfoot yang legendaris, maka Patterson dan Gimlin mungkin adalah orang yang paling beruntung di dunia.



Setelah makhluk itu menghilang, Mereka berdua masih sempat berusaha mengikutinya sejauh 5 kilometer, namun tidak menemukan apapun. Lalu, keduanya kembali dan membuat cetakan jejak kaki makhluk itu.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, rekaman ini mungkin adalah rekaman Cryptozoology yang paling kontroversial. Patterson meninggal tahun 1972 karena kanker. Jadi, ia tidak mengalami kontroversi itu terlalu lama. Sedangkan Gimlin yang masih hidup sampai sekarang harus menghadapi tuduhan-tuduhan atas pemalsuan.


Setelah lebih dari 40 tahun sejak rekaman itu dibuat, sepertinya masih belum ada kesepakatan mengenai keaslian rekaman ini. Sebagian ahli mengatakan dengan yakin kalau Bigfoot yang terlihat adalah Bigfoot yang palsu. Ahli lain menyangkalnya. Menurut mereka, manusia dengan kostum kera tidak akan bisa mampu menghasilkan gerakan seperti itu.

Yes, it is Bigfoot - pendapat ahli

Ahli spesial efek

Ketika rekaman Patterson pertama kali muncul, banyak yang percaya kalau rekaman itu palsu dan kostum Bigfoot tersebut dibuat oleh ahli spesial efek Holywood bernama John Chambers yang membuat kostum untuk film planet of the apes keluaran tahun 1968.

Namun, tuduhan ini dibantah oleh Chambers sendiri. Ia mengatakan:

"I am good. But I am not that good".

Patterson dan Gimlin juga membawa rekaman tersebut ke departemen spesial efek Universal Studio. Salah seorang teknisi disana mengatakan:

"Kami bisa saja mencoba untuk mereka ulang rekaman ini, namun, kami harus membuat ulang sebuah sistem otot artifisial yang baru dan menemukan seorang aktor yang mau diajarkan untuk berjalan seperti itu. Bisa saja dilakukan, Tapi, kami harus mengatakan kalau hal itu sepertinya hampir mustahil."

Bahkan pada tahun 1969, salah satu direktur perusahaan film Disney bernama Ken Peterson juga mengakui kalau mereka tidak bisa meniru rekaman Patterson.

Kesimpulan para ahli spesial efek ini kembali diteguhkan oleh Janos Prohaska yang membuat kostum untuk film seri televisi Star Trek. Ia mengatakan kalau makhluk itu bisa saja seorang pria dengan sebuah kostum. Namun, jika benar, maka kostum itu adalah kostum terbaik yang pernah dilihatnya dan hanya bisa diciptakan dengan menempelkan rambut asli kepada sebuah kostum.

Ahli Biomekanik

Saat merekam, Patterson menggunakan kamera Kodak K-100 yang kecepatan filmnya 16 frame per detik. Menurut ahli biomekanik bernama Donald W.Grieve, pada kecepatan ini, maka gerakan makhluk itu sangat natural dan sulit ditiru, terutama mengingat bahunya yang lebar. Donald juga mengatakan kalau untuk seorang pria bertubuh besar, gaya berjalan seperti yang terlihat pada rekaman akan sangat sulit ditiru.

Temuan serupa juga didapatkan oleh Dmitri Donskoy, kepala departemen biomekanik di Central Institute of Physical Culture, Rusia. Ia menyimpulkan kalau makhluk itu bukan manusia dengan kostum. Donskoy mengambil kesimpulannya berdasarkan gaya berjalan dan pergerakan otot. Menurutnya, gaya berjalan makhluk itu benar-benar alami dan terkordinasi dengan baik.

Ahli Film

MK Davis
adalah seorang ahli film. Ia percaya kalau rekaman itu asli dan benar-benar menunjukkan seekor Bigfoot.

Davis adalah seorang yang biasa menyelidiki sebuah foto dan mencari detail-detail tertentu yang biasa terlewat. Dengan menggunakan teknologi yang belum ada pada tahun 1960an, Davis bisa menemukan adanya kesesuaian antara gerak Patty dengan gerakan kulit tubuhnya. Davis juga melihat adanya otot seperti milik manusia di punggungnya dan gerakan otot ini sesuai dengan gaya berjalannya.

Bukan itu saja, Davis juga bisa melihat adanya luka di paha kanan Patty.

MK Davis menyimpulkan kalau makhluk itu bukan manusia berkostum dan mungkin merupakan salah satu hewan yang belum teridentifikasi oleh sains modern.

Common Sense

Pada tahun 1975, Peter Byrne mengatakan kalau waktu pengambilan rekaman adalah hari jumat. Rute menuju wilayah Bluff Creek saat itu dipenuhi oleh para pemburu. Ini membuat sebuah rekayasa menjadi sulit karena pasti akan ada orang lain yang menyadarinya.

Lagipula, siapa yang berani menyamar menjadi Bigfoot dengan risiko ditembak oleh para pemburu yang berkeliaran?

Cukup masuk akal.

I am not sure - Pendapat ahli Primata
Jika ada yang percaya dengan keaslian rekaman itu, tentu saja ada juga yang tidak percaya.

Pada tahun 1973, ahli primata bernama John Napier mengatakan, kalau keberadaan makhluk itu tidak masuk akal baginya karena makhluk itu memiliki tubuh bagian atas seperti kera sedangkan kaki dan gaya berjalannya seperti manusia.

Tapi, Napier mengakui kehebatan rekaman itu.

"Mungkin saja makhluk itu adalah seorang pria dengan pakaian kera. Jika demikian, maka itu adalah sebuah hoax yang sangat brilian dan pria tersebut akan mendapatkan tempat bersama hoaxer terhebat lainnya di dunia."

Yes, It is a Hoax

Tayangan Fox News

Tahun 1998, Stasiun televisi Fox News pernah menayangkan sebuah film dokumenter berjudul "World's Greatest Hoaxes: Secrets Finally revealed". Dalam acara itu, Patterson dituduh sebagai orang bayaran yang disewa untuk membuat film Bigfoot.

Dua bintang tamu dalam acara itu, Cliff Crook dan Chris Murphy, mengaku bisa melihat adanya kancing logam di perut Patty, sementara Erik Beckjord mengatakan kalau ia telah menemukan adanya tabung logam di pundaknya. Sayangnya, benda-benda yang disebutkan oleh mereka tidak bisa terlihat oleh ahli lainnya.

Philip Morris Costume
Lalu, tantangan terhadap keaslian rekaman ini datang pada tahun 2002. Philip Morris, pendiri perusahaan Morris Costume di Carolina Utara mengatakan kalau ia telah membuat kostum gorila yang kemudian digunakan dalam film Patterson. Morris mengatakan kalau ia telah menjual kostum itu kepada Patterson lewat pesanan pos pada tahun 1967.

Ketika ditanya mengapa ia baru mengungkapkannya sekarang, ia menjawab kalau ia takut pengungkapan itu akan berdampak buruk terhadap bisnisnya.

Mengenai cara berjalan makhluk itu yang disebut sulit ditiru, Morris berkata kalau cara berjalan itu bisa ditiru dengan menambahkan beberapa aksesoris pada kostum, seperti bantalan pundak. Siapa saja yang menggunakan kostum itu, akan berjalan dengan gaya seperti yang terlihat di rekaman.

Sayangnya, Morris tidak memberikan bukti yang kuat untuk pengakuannya.

I was the Bigfoot

Lalu, pada tahun 2003, Kesaksian Morris dikuatkan oleh seorang pria bernama Bob Hieronimus yang mengklaim kalau ia adalah pria di dalam kostum itu. Saat ia menciptakan hoax itu, ia berusia 26 tahun dan ia juga menyebutkan kalau Patterson menawarkannya uang sebesar $1.000 untuk membantunya menciptakan rekaman itu

Ketika ditanya mengapa ia baru mengaku sekarang, Hieronimus menjawab kalau ia takut ditangkap karena telah membantu usaha penipuan. Ia juga mengharapkan mendapatkan bagian uang dari hasil rekaman Patterson. Tetapi, ketika ia tidak mendapatkan jatahnya dari Patterson ataupun janda Patterson setelah Patterson meninggal, ia mulai berani mengakuinya.

"Saya tidak pernah dibayar sepeserpun untuk rekaman itu. Tentu saja aku ingin mendapatkan sedikit uang dari situ. Aku merasa, setelah 36 tahun, seharusnya aku mendapat sebagian hasilnya."

Bob Hieronimus dan Phillip Morris

Tapi kesaksian Heironimus memiliki banyak inkonsistensi dengan kesaksian Morris. Lagipula, kostum yang diperlihatkannya berbeda dengan Bigfoot yang terekam di kamera tersebut. Karena itu, banyak orang yang menduga kalau Hieronimus berbohong untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Is that you Bigfoot?
Dalam dunia sains, sepertinya hanya ada sedikit ketertarikan terhadap makhluk di dalam rekaman itu. Mungkin karena asumsi hoax yang cukup kuat, sampai-sampai, Gimlin dan Patterson sendiri merasa kalau mungkin mereka memang menjadi sasaran permainan sebagian orang.

Belum lama ini, Gimlin pernah berkata:

"Aku begitu yakin kalau tidak ada orang yang bisa menipuku. Dan tentu saja, aku sudah tua sekarang..dan aku rasa, memang ada kemungkinan kalau rekaman itu sebuah hoax. Namun, kalaupun ada, aku rasa Pattersonlah yang telah merencanakannya."

Bob Gimlin

Roger Patterson meninggal tanggal 15 Januari 1972 karena kanker. Di ranjang kematiannya, ia bersumpah kalau ia tidak pernah memalsukan rekaman itu.

Jadi, apakah kita benar-benar sedang menyaksikan wajah makhluk legendaris sang Bigfoot?


(wikipedia, Oregonbigfoot.com)

Wednesday, April 21, 2010

Benarkah seorang Time Traveller tertangkap kamera pada tahun 1940an?

Bermula dari sebuah forum, yang kemudian dipopulerkan oleh Gizmodo.com, sebuah foto yang seakan-akan menunjukkan adanya time traveller di tahun 1940an, mulai menyebar ke dunia blogosphere, termasuk ke Indonesia, hingga akhirnya dimuat oleh Vivanews.com yang menyebutkan Gizmodo.com dan Forgetomori.com sebagai referensi.


Jadi, saya mulai menerima banyak pertanyaan soal foto ini.


Foto di atas diambil pada tahun 1940an dan saat ini terpajang di sebuah museum di Kanada. Memang, sekilas, kita bisa melihat pria itu terlihat lebih mencolok dan modern. Tapi, menurut saya, pria dalam foto tersebut jelas tidak menunjukkan kalau ia seorang Time Traveller. Asumsi itu hanyalah sebuah ilusi karena yang bersangkutan tidak berpakaian seperti orang-orang di sekelilingnya.

Contoh, ketika kalian sedang berkumpul bersama teman-teman, datanglah seorang teman yang lain menghampiri. Tapi, ia berbeda. Hari itu, ia memakai pakaian yang terang benderang, wah, lebay dan extravaganza. Apa yang tercetus dari mulut kalian?

"Wah, ada artis hongkong nyasar"

"Dari planet mana nih?"

Dan sebagainya.

Sepertinya, kasus foto di atas, sama seperti yang saya contohkan.

Lalu, bagaimana dengan pakaiannya, kacamatanya dan kameranya? Bukankah semuanya terlalu modern untuk tahun 1940an?

Kalau pria itu adalah seorang Time Traveller, bukankah seharusnya ia cukup pintar untuk berpakaian sesuai masa yang dikunjunginya? Seperti film Back to the Future?

Tapi, ada penjelasan yang lebih masuk akal mengenai pakaian, kacamata dan kameranya. Dua hari yang lalu, Hawkson telah memposting soal penjelasan ini beserta bukti-buktinya di Blog Misteri Hawkson. Jadi, bagi kalian yang ingin mengetahuinya, klik disini.


Tuesday, April 20, 2010

Hollow Earth Theory - Benarkah bumi kita memiliki rongga di dalamnya?

Ada banyak Legenda dari berbagai wilayah di dunia yang menceritakan mengenai adanya dunia lain di dalam perut bumi. Tidak banyak yang menaruh perhatian terhadap legenda-legenda ini sampai seorang ilmuwan ternama mengangkatnya ke dalam forum-forum sains.

Ide kalau bumi kita memiliki rongga sebenarnya bukan sesuatu yang baru.

Legenda dunia bawah tanah

Pada masa Sumeria kuno, dunia bawah tanah sudah pernah disinggung dalam Epic of Gilgamesh. Di Babylonia, ada kisah mengenai turunnya Ishtar ke dunia bawah tanah. Dalam buku Mesir Kuno "Egyptian book of the Dead", dunia di bawah tanah juga disinggung berkali-kali.

Dalam legenda suku Indian Hopi, bahkan ada panduan bagi kita untuk bisa masuk ke dalam perut bumi yang berongga. Menurut suku ini, dunia yang kita diami adalah dunia keempat. Tiga dunia lainnya berada di dalam perut bumi dan salah satu pintunya berada di antara ngarai-ngarai raksasa Colorado.

Mungkin yang paling menarik dari semuanya adalah legenda Tibet mengenai Agharta yang secara harfiah berarti "Kerajaan bawah tanah di pusat bumi dimana raja dunia memerintah".

Menarik, karena masyarakat Tibet menggambarkannya dengan cukup lengkap. Bahkan menurut mereka, kerajaan Shambhala yang misterius juga berada di dalam perut bumi.

Pantas, tidak ada yang bisa menemukannya.

Setelah cukup lama dikenal di dalam legenda-legenda kuno masyarakat dunia, ide bahwa bumi ini memiliki rongga mulai mendapat tempat di dunia sains modern.

Hollow Earth dalam Sains
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Plato memang telah menyinggung adanya lorong-lorong bawah tanah yang membentuk struktur bumi. Namun, pandangan ini baru mendapatkan perhatian ketika dicetuskan oleh ilmuwan ternama bernama Edmund Halley.

Edmund Halley (1656-1742) adalah seorang astronom Inggris yang secara tepat berhasil mengkalkulasi orbit komet yang melewati bumi setiap 76 tahun. Kita mengenalnya sebagai komet Halley.

Ia mencetuskan ide mengenai hollow earth pada tahun 1692. Menurutnya, di bawah kerak bumi yang setebal 500 kaki, ada ruang berongga yang di dalamnya memiliki atmosfer yang mendukung kehidupan.

Bagi kita yang mendengarnya, mungkin mengira Halley terjebak ke dalam pseudo science yang mendasarkan teorinya pada legenda semata. Namun, ternyata ia punya alasan sains yang cukup masuk akal.

Bahkan ia menuangkannya ke dalam sebuah paper yang memiliki judul cukup panjang, yaitu: "An account of the cause of the change of the variation of the magnetical needle with an hypothesis of the structure of the internal parts of the earth: as it was proposed to the Royal Society in one of their later meetings".

Teori ini diambil oleh Halley karena ia menemukan adanya variasi-variasi di dalam medan magnet bumi. Salah satunya, menurutnya, adalah medan magnet yang berasal dari bola di dalam perut bumi. Ini membuatnya berkesimpulan kalau ada empat bola konsentris berongga di dalam perut bumi. Bola-bola berongga ini memiliki atmosfer yang bisa mendukung kehidupan.


Menurutnya, Aurora borealis yang sering terlihat di kutub sebenarnya adalah gas bercahaya di dalam perut bumi yang berhasil lolos dari lapisan tipis kerak bumi di wilayah kutub.

Teori yang diajukan oleh Halley kemudian diadopsi oleh ilmuwan ternama lainnya, seorang ahli matematika bernama Leonhard Euler (1707-1783) dan John Leslie (1766-1832).

Bedanya, Euler menolak ide adanya beberapa bola konsentris seperti yang diajukan Halley dan menggantikannya dengan satu bola berongga yang memiliki matahari berdiameter 600 mil yang menyediakan cahaya dan panas untuk peradaban luar biasa yang hidup disana.


Di lain pihak, John Leslie memang memiliki pendapat yang mirip dengan Euler. Bedanya, ia percaya kalau matahari yang ada di dalam bola berongga itu ada dua, bukan satu. Ia memberi keduanya nama Pluto dan Proserpine.

Lalu, teori hollow earth kembali diadopsi oleh John Cleves Symmes (1780) yang sampai akhir hayatnya memperjuangkan teori ini tanpa kenal lelah.

Symmes adalah mantan tentara dan pengusaha. Ia juga percaya kalau bumi ini memiliki rongga dan jalan masuk menuju rongga itu berada di kutub utara dan selatan. Ia memperkirakan jalan masuk ini memiliki lebar 4.000 mil dan 6.000 mil.


Perjuangan Symmes bahkan sampai membuatnya berhasil melobi kongres Amerika sehingga presiden Amerika saat, John Quincy Adams, menyetujui pendanaan ekspedisi menuju Antartika. Namun, sebelum sempat dikucurkan, presiden berikutnya, Andrew Jackson, membekukan pendanaan itu.

Ekspedisi mencari pintu Hollow Earth
Setelah kematian Symmes, salah seorang pengikutnya yang bernama Jeremiah Reynolds, berhasil meyakinkan pemerintah Amerika untuk melakukan ekspedisi ke Antartika pada tahun 1838.

Memang para penjelajah tidak menemukan lubang raksasa disana, namun mereka menemukan bukti kalau Antartika bukan cuma sekedar wilayah es, melainkan benua bumi yang ke-7.

Teori Hollow Earth kembali mendapat perhatian pada tahun 1846 karena adanya penemuan bangkai utuh seekor Mammoth di Siberia.

Dalam tubuh mammoth itu ditemukan tanaman yang belum tercerna. Ini menunjukkan kalau hewan ini mati dengan tiba-tiba ketika sedang makan. Beberapa orang percaya kalau makhluk itu awalnya hidup di wilayah hangat di dalam hollow earth. Lalu, tanpa sengaja tersesat keluar lewat lubang di kutub utara. Ketika bertemu dengan wilayah dingin, hewan ini mati seketika.

Tentu saja, ini cuma teori yang tidak bisa dibuktikan. Tapi paling tidak penemuan ini membuat antusiasme mengenai Hollow earth terus berkembang hingga menarik perhatian Jules Verne, seorang penulis fiksi sains.

Pada tahun 1864, ia menerbitkan buku berjudul Journey to the Center of the Earth yang menceritakan mengenai sebuah lubang di Islandia yang menuju ke dalam perut bumi.

Pada tahun 1869, teori Hollow earth mulai berkembang menjadi semakin mengada-ngada.

Cyrus Teed dan Hollow Earth

Cyrus Reed Teed, seorang herbalis dan alkemis, mengaku kalau ia mendapatkan penglihatan mengenai seorang wanita yang memberitahukan kepadanya kalau ia berasal dari dalam rongga di dalam perut bumi.

Penglihatan ini cukup mempengaruhi hidup Teed. Empat puluh tahun berikutnya, ia mempromosikan ide ini ke seluruh dunia. Bahkan ia mendirikan sebuah sekte bernama Koreshans yang pengajarannya berkisar kepada dunia Hollow Earth.

Tidak sampai disitu, Teed kemudian memperkenalkan modifikasi baru dari teori hollow earth yang sering disebut Concave Sphere. Menurutnya, KITA-lah yang sedang hidup di dalam rongga bumi. Jadi, ada manusia lain yang hidup di dunia atas.


Tidak ada Lubang di Kutub
Pada awal abad ke-20, transportasi sangat minim. Wilayah kutub belum terjelajahi dengan sepenuhnya. Karena itu, tentu saja teori Hollow Earth akan menjadi sangat susah dibantah.

Tapi, semuanya berubah ketika penerbang Richard E.Byrd (1888-1957) berhasil melakukan penerbangan melintasi kutub utara dan selatan. Ia tidak menemukan adanya lubang raksasa seperti yang dipercaya para penganut teori Hollow earth.

Pada abad 20. kutub utara dan selatan bukan lagi wilayah yang misterius. Transportasi yang lebih maju dan satelit yang secara teratur menghasilkan citra bumi dari luar angkasa sebenarnya sudah bisa menjelaskan kalau di kutub utara dan selatan, tidak terdapat lubang menuju Hollow Earth.

Hollow Earth dan UFO

Walaupun begitu, teori ini masih saja menarik perhatian banyak orang. Bahkan, mereka mulai mengaitkannya dengan fenomena UFO. Contohnya Ernst Zundel yang menulis buku berjudul UFOs - Nazi Secret Weapons?.

Ia mengklaim kalau Hitler dan batalyon terakhirnya berhasil lari ke Argentina dengan sebuah kapal selam, lalu mendirikan sebuah markas untuk piring terbang di sebuah lubang di kutub selatan yang mengarah ke dalam perut bumi. Zundel juga percaya kalau Nazi berasal dari ras terpisah yang berasal dari dalam perut bumi. Sepertinya Zundel memiliki pandangan yang sama dengan Hitler.

Pandangan ini mungkin muncul karena pada tahun 1940an, Hitler yang menjadi sangat tertarik dengan ide mengenai Hollow Earth disebut pernah mengirim ekspedisi menuju Rugen, salah satu pulau di Baltic, walaupun tidak membawa hasil.

Ray Palmer adalah penulis lain yang mengkaitkan antara Hollow earth dengan piring terbang. Pada tahun 1940an, bersama Richard Shaver, ia berspekulasi: 'Karena UFO sering terlihat di langit bumi sepanjang sejarah, maka pastilah UFO-UFO tersebut berasal dari bumi'.

Jadi, menurut mereka, UFO tersebut sebenarnya berasal dari dalam perut bumi yang berongga. Shaver bahkan mengaku pernah tinggal bersama orang-orang dari dalam perut bumi. Pandangan ini membuat keduanya dikenal sebagai bapak gerakan ufology modern. Tentu saja teori ini akan sangat sulit dibuktikan. Tetapi, tetap saja banyak orang lain yang masih percaya adanya rongga di dalam perut bumi.

Beberapa bahkan mengaku pernah masuk kedalamnya. Ada yang bilang kalau mereka mencapai rongga di dalam perut bumi lewat gua-gua purba atau lubang pertambangan kuno. Ada lagi yang berteori kalau segitiga bermuda adalah jalan masuk menuju rongga di dalam perut bumi.

Sebagian percaya kalau pintu masuk yang sebenarnya bukan di wilayah kutub, melainkan di wilayah lainnya di dunia seperti Gunung Shasta di California, Gua Mammoth di Kentucky atau pegunungan Himalaya di Tibet.

Gunung Shasta

Pada tahun 1993, Katharina Wilson menulis sebuah buku berjudul The Alien Jigsaw. Dalam bukunya, ia menceritakan mengenai pengalamannya diculik oleh alien dan dibawa ke dunia bawah tanah. Buku serupa juga pernah ditulis tahun 1995 oleh Timothy Good yang menceritakan pengalamannya dibawa ke markas UFO di dalam tanah.

Ketika Halley dan Euler merumuskan teori Hollow Earth, tidak ada yang menganggapnya mengada-ngada. Soalnya, para ilmuwan itu hidup di abad ke-17 dimana ilmu pengetahuan mengenai struktur bumi belum sempurna. Lagipula, banyak wilayah bumi yang belum terjelajahi. Tapi, ketika sains modern mulai berkembang, kitapun tahu kalau bumi ini tidak berongga.

Struktur Bumi yang Sebenarnya
Bagaimana kita bisa yakin kalau bumi ini tidak berongga?

Ada beberapa argumen, misalnya, walaupun kita tidak pernah melihat isi perut bumi, namun kita bisa "melihatnya" dengan menggunakan vibrasi (umumnya lewat gempa bumi) yang bergerak dari ujung bumi yang satu ke yang lain. Dengan menggunakan metode ini, para geologis bisa menggambarkan kondisi struktur bumi yang sebenarnya. Dari sini kita tahu kalau bumi ini memiliki inti dan kerak bumi, tanpa rongga tentu saja.


Jika bumi ini berongga, maka ia akan memberikan hasil yang berbeda dalam pengamatan seismik.

Lalu, kita juga tahu kalau di bawah kerak bumi, terdapat batu-batuan panas cair yang bernama magma. Ini bisa terjadi karena suhu akan menjadi semakin tinggi sesuai dengan kedalaman. Pada kedalaman sekitar 100 kilometer, suhu di dalam perut bumi diperkirakan sebesar 1.200 derajat celcius.

Magma ini bisa keluar menuju permukaan bumi lewat gunung-gunung api di seluruh dunia. Magma yang keluar dari perut bumi disebut dengan Lava. Kalau ada rongga di dalam perut bumi, Bagaimana menjelaskan pengaruh suhu yang tinggi ini terhadap rongga tersebut?

Struktur bumi yang kita kenal sekarang juga terlihat ketika manusia membuat lubang ke dalam perut bumi. Lubang terdalam yang dibuat oleh manusia saat ini adalah lubang yang terdapat di Sovyet. Dalamnya 12,3 kilometer. Sampai sejauh ini apa yang diamati dari pengeboran itu masih sesuai dengan ilmu geologi yang dikenal saat ini.

Jadi, kita tidak pernah menemukan lubang raksasa di kutub. Kita juga tidak punya bukti kalau bumi ini berongga dan ada matahari yang menyertainya. Sekarang, bahkan dengan mudah kita dapat mengakses google earth dan melihat sendiri kondisi di kutub atau tempat-tempat lain di dunia.

Karena itu, boleh dibilang, setelah hampir 400 tahun sejak diajukan oleh Halley, teori Hollow Earth telah berpindah tempat dari dunia sains menuju dunia pseudo sains.

(wikipedia, unmuseum.org, hollowearththeory.com)

Sunday, April 18, 2010

Wajah-wajah tersenyum planet Mars

Maaf para pembaca, saya masih cukup sibuk untuk menulis topik yang panjang dan rumit. Tapi saya akan tinggalkan kalian dengan sebuah intermezo. Kali ini, mengenai planet Mars, salah satu planet paling misterius yang kita kenal. Ada sisi lain yang harus kita kenal dari planet Mars, yaitu sebuah planet yang ramah dan murah senyum.


Selama ini kita hanya mengenal adanya wajah sangar di planet Mars. Tapi ada sesuatu yang berbeda sekarang. Mars menjadi lebih ramah! Mungkin para penghuni Mars, yang sering disebut Martian, ingin menyampaikan pesan kepada manusia di Bumi: "Kami adalah kaum yang ramah".

Pada Maret 2006, Viking Orbiter 1 Mission mendapatkan foto Galle Crater yang berdiameter 230 kilometer di permukaan planet Mars. Kawah ini sepertinya menunjukkan sebuah wajah bulat yang tersenyum lebar.

"Is that you Martian?"


Hmm, tapi senyumnya kelihatan sedikit hambar.

Ya, mereka mengerti. Jadi para Martian memutuskan untuk tersenyum kembali.

Pada 28 Januari 2008, Mars Reconnaisance Orbiter juga menangkap sebuah citra wajah tersenyum dari planet Mars pada kawah tidak dikenal berdiameter 3 kilometer.


That's Better!

Wah, saya kira Yahoo messenger beserta Emoticons-nya hanya dikenal di bumi.

Atau mungkin mereka mencoba untuk berkomunikasi dengan kita menggunakan media yang populer di bumi?

Jus't Kidding.

Tapi, tidak ada salahnya kita membalas senyum yang diberikan...


Bukankah persahabatan itu indah?

(news.bbc.co.uk, planetary.org)

Friday, April 16, 2010

Kisah Richard Parker - Premonition atau Kebetulan yang luar biasa?

Premonition, secara sederhana berarti: Firasat akan terjadinya sesuatu. Kadang, istilah ini juga disamakan dengan Precognition. Biarkan saya memberikan sebuah contoh yang mungkin belum pernah kalian dengar. Ini kisah singkat mengenai seorang pemuda bernama Richard Parker.

Orang yang percaya dengan hal-hal supranatural akan menyebutnya premonition. Tetapi, mereka yang skeptis akan menyebutnya kebetulan, walaupun kebetulan itu sangat luar biasa. Apakah kisah di bawah ini merupakan contoh dari premonition ataukah hanya sekedar kebetulan, kalianlah yang menentukan.

Pada tahun 1838, Edgar Allan Poe, seorang master dalam novel misteri dan horor menerbitkan sebuah novel yang berjudul The Narrative of Arthur Gordon Pym of Nantucket.

Novel ini mendapatkan banyak kritikan dan dianggap sebagai buku yang tidak bermutu. Saking banyaknya kritikan, Poe sendiri akhirnya setuju dengan para kritikus dan menyebut novelnya sendiri dengan kalimat "a very silly book".

Tokoh utama dalam novel tersebut bernama Arthur Gordon Pym yang berlayar bersama rekan-rekannya dengan sebuah kapal penangkap ikan paus bernama Grampus.

Suatu hari terjadi pemberontakan di dalam kapal dimana sebagian besar awak dibunuh.

Pym bersama dua rekannya bernama Dirk Peters dan Augustus yang tidak ikut dibantai lalu menyusun rencana untuk merebut kembali kapal tersebut.

Usaha mereka berhasil. Sekarang mereka bertiga adalah pemimpin kapal Grampus. Para pemberontak yang ditaklukkan kemudian dibunuh atau dilempar kelaut.


Namun, mereka memutuskan untuk mengampuni satu orang yang bernama Richard Parker supaya bisa membantu mereka di atas kapal.

Setelah berlayar beberapa lama, persediaan makanan dan air mulai habis. Dalam beberapa hari, mereka mulai menderita kelaparan dan kehausan. Lalu, empat orang ini mengambil sebuah keputusan yang mengerikan.

Salah seorang dari mereka harus dikorbankan!

Tentu saja, yang dimaksud dengan dikorbankan adalah dibunuh untuk dimakan.

Jadi, mereka mengadakan undian, dan hasilnya menunjukkan kalau Richard Parker harus mati.

Lalu, mereka bertiga membunuh Richard yang malang dan bertahan hidup dengan memakan dagingnya.

Nah, ada sesuatu yang menarik dari novel ini. Poe mengklaim kalau novel ini terinsipirasi oleh peristiwa-peristiwa nyata.

Klaim ini ternyata tidak salah sepenuhnya, tetapi masalahnya adalah, peristiwa yang sesungguhnya baru terjadi hampir setengah abad kemudian.

Pada tahun 1884, sebuah kapal bernama Mignonette berlayar dari pelabuhan Southampton menuju Australia. Kapal itu dipimpin oleh kapten Tom Dudley dengan dua awak senior bersama seorang remaja yang baru berusia 17 tahun yang diperbantukan sebagai Cabin Boy.

Kapten Tom Dudley

Ketika mereka telah berada di lautan lepas, badai atlantik selatan menghantam. Tidak ada kapal yang lewat dan mereka berada 1.600 mil jauhnya dari daratan. Sebuah ombak besar datang dan segera menenggelamkan Mignonette.

Empat penumpangnya berhasil lolos dengan menggunakan sebuah sekoci. Sayangnya, mereka tidak berhasil membawa persediaan makanan dan air yang cukup selain dua kaleng kecil lobak.

Selama sembilan belas hari berikutnya, mereka mengapung dengan memakan lobak itu bersama-sama. Namun, tidak butuh waktu lama sebelum keputusasaan menjalar.

Sang remaja yang kehausan malah meminum air laut yang menyebabkannya kehilangan kesadaran.

Melihat peristiwa ini, kapten Dudley kemudian membicarakan sebuah ide bersama rekan-rekan lainnya.

Sesuatu harus dilakukan untuk mempertahankan hidup.

Ya, seseorang harus dikorbankan untuk menjadi makanan bagi yang lain. Jadi, kapten Dudley mengusulkan untuk segera mengadakan undian.

Sekonyong-konyong, sebuah pikiran merasuk ke dalam benaknya. Sepertinya, ada ide yang lebih baik ketimbang mengadakan undian. Kapten melihat ke arah remaja yang tergeletak tanpa sadar dan mengajak kedua rekannya untuk membunuh remaja itu.

Dua rekannya yang lain menganggap itu bukan ide yang baik, namun, kelaparan, kehausan dan keinginan untuk bertahan hidup menyingkirkan semua keraguan di kepala mereka.

Kemudian, mereka bertiga berlutut dan berdoa.

Kapten Dudley menyentuh pundak remaja itu dan berkata: "Anakku, waktumu telah tiba."

Lalu, mereka membunuhnya dan mulai memakan mayatnya.

Dengan memakan mayat itu, mereka berhasil bertahan hidup hingga 35 hari berikutnya sampai mereka diselamatkan oleh sebuah kapal lain yang lewat.

Ironisnya, nama kapal yang menyelamatkan mereka adalah SS Montezuma, yang diambil dari nama seorang raja Aztec yang kanibal.

Sepertinya, Kanibalisme telah menyelamatkan mereka sebanyak dua kali.

Sesudah diselamatkan, mereka bertiga mengakui perbuatannya dan pengadilan Victoria menjatuhkan hukuman enam bulan kerja paksa.

Sampai sini, kalian akan berpikir, Memang ada kesamaan, tetapi tidak terlalu luar biasa sehingga bisa saja disebut sebagai sebuah kebetulan. Naluri bertahan hidup mungkin akan membuat semua orang melakukan hal yang sama.

Benar, sampai disini, cerita ini biasa saja, walaupun memiliki kesamaan cukup menakjubkan dengan kisah dalam novel Poe. Tetapi yang membuatnya menjadi lebih aneh adalah, nama remaja yang dibunuh dan dimakan oleh kapten Dudley dan rekan-rekannya adalah: Richard Parker!

Sama dengan nama awak kapal yang dibunuh dan dimakan di novel Poe!

Seakan-akan, Poe mengalami premonition yang kemudian dituangkan ke dalam novelnya.

Jika semua ini hanyalah sebuah kebetulan, menurut kalian, berapakah persentase kemungkinan terjadinya kebetulan ini?

Hmm, terlalu kebetulan, bahkan untuk sebuah kebetulan!

Seperti yang saya katakan, penjelasan untuk peristiwa ini sangat tergantung dengan apa yang kalian percayai.

Kapten Tom Dudley menjalani hidup dengan rasa malu hingga akhir hayatnya. Penduduk lokal mengenalnya dengan sebutan Cannibal Tom.

Walaupun sisa-sisa tubuh Richard Parker dibuang ke laut oleh ketiga rekannya, sebuah nisan dibangun untuknya di Woolston, Southampton. Konon, kapten Dudley telah membayar satu keluarga lokal untuk merawat nisan tersebut.


Ini yang tertulis di atasnya:

To the memory of Richard Parker Aged 17 who died at sea July 25th 1884 after nineteen days dreadful suffering in the open boat in the tropics having been wrecked in the yacht Mignonette

Though He slay me yet I trust in Him.

JOB 13:15

Lord, lay not this sin to their charge

ACTS 11.60

(psychics.co.uk, wikipedia)

Saturday, April 10, 2010

Dua jet tempur Inggris terekam kamera sedang mengejar UFO

Sebuah rekaman yang diambil kameramen misterius menunjukkan adanya dua jet tempur Inggris sedang mengejar sebuah UFO. Rekaman ini diberitakan secara luas oleh media-media Inggris seperti dailymail.co.uk dan thesun.co.uk.



Rekaman selama 30 detik ini, yang diperkirakan diambil di West Midlands Service Station Park, menunjukkan adanya sebuah piring terbang dengan dua jet tempur dibelakangnya.



Mantan ahli UFO departemen pertahanan Inggris, Nick Pope mengatakan kepada the sun: "Ini mungkin adalah video terbaik yang pernah saya lihat. "

Mengenai kemungkinan kalau objek itu sebuah wahana baru milik militer, Nick menjelaskan:

"Militer tidak akan melakukan uji coba proyek rahasia di siang hari. Karena itu, rekaman ini bisa saja benar-benar menunjukkan UFO yang terbang di wilayah udara kita dan dikejar oleh pesawat militer, mungkin karena terlacak oleh radar."

Departemen pertahanan Inggris memang mengkonfirmasi kalau mereka akan mengirim jet tempur untuk memerangi ancaman di udara, namun mereka menolak mengomentari rekaman tersebut.

Nah, sekarang apakah rekaman itu asli?

Alasan saya memposting rekaman ini HANYA karena diberitakan oleh dua media yang saya singgung di atas sehingga saya rasa berita ini juga akan segera mampir ke media Indonesia.

Saya tidak ingin terdengar terlalu skeptis. Namun, sepertinya ada baiknya kita melihat rekaman ini dengan lebih kritis. Misalnya, kameramen misterius? hmm..Ini umum dalam sebuah hoax.

Lalu, UFO ataupun pesawat jet tempur itu yang tidak terlihat bergerak, seakan-akan objek-objek itu hanya menggantung di udara. Kita hanya melihat kamera yang digerakkan kesana-kemari oleh sang anonymous sehingga menciptakan efek pengejaran di udara. Jika dua jet dan UFO tersebut benar-benar bergerak, saya rasa sebentar saja mereka akan segera lenyap dari pandangan kameramen.

Lalu, tidak terdengarnya suara jet yang lewat. Dan satu lagi, rekaman yang terputus saat lagi seru-serunya? hmm lagi..

Jika kalian meminta pendapat saya, maka saya rasa rekaman ini palsu. Tetapi jika kalian beranggapan rekaman itu asli, saya tidak akan mendebatnya.

(dailymail.co.uk, thesun.co.uk)

Thursday, April 8, 2010

Fulcanelli - Alchemist yang misterius

"Salah satu kisah paling aneh yang pernah muncul dari awan misteri yang menyelimuti ilmu kuno alchemy adalah kisah yang menyangkut master modernnya, Fulcanelli"

---Kenneth Johnson, 1992---


Alchemy adalah sebuah ilmu pengetahuan kuno yang berfokus pada usaha untuk mengubah logam dasar menjadi emas (transmutasi), penelitian mengenai Elixir of Life (ramuan hidup abadi) dan pencapaian hikmat tingkat tinggi. Praktek ini telah dilakukan oleh penduduk masa purba, mulai dari Mesir, India, Mesopotamia, Eropa hingga Cina dan Jepang.


Salah satu aspek yang terpenting dari ilmu Alchemy adalah Philospher's Stone, sebuah substansi yang dipercaya mampu mengubah logam dasar menjadi emas. Substansi ini telah dicari oleh para alchemist selama ribuan tahun tanpa hasil.

Selama ini, Alchemy masih digolongkan kedalam Pseudo Science karena dianggap tidak mengikuti kaidah sains yang baku dan tidak ada bukti ilmiah yang dihasilkan. Bahkan Isaac Newton yang pernah menulis beberapa bahasan soal alchemy juga tidak berhasil memecahkan misteri Philospher's Stone atau Elixir of Life. Tentu saja, ini membuat ilmu alchemy tergantung-gantung diantara fiksi dan realita.

Namun, pada awal abad ke-20, di Paris, beredar sebuah rumor kalau di kota itu tinggal seorang alchemist yang hidup secara rahasia dan telah berhasil memecahkan rahasia kuno transmutasi, dengan kata lain, rahasia Philosopher's Stone sendiri. Alchemist ini dikenal dengan nama Fulcanelli.

Fulcanelli Muncul
Rumor ini berasal dari Eugene Leon Canseliet (1899-1982) dan sahabatnya Jean-Julien Champagne (1877-1932) yang mengaku sebagai murid langsung dari Fulcanelli. Kedua orang ini juga pendiri dari kelompok esoterik rahasia Perancis bernama Les Freres d'Heliopolis atau The Brotherhood of Heliopolis.

Eugene Canseliet

Jean-Julien Champagne

Fulcanelli yang berarti "The Fire of the Sun" disebut sebagai master yang memimpin kelompok kecil tersebut.

Menurut Canseliet, Fulcanelli adalah seorang pria yang sudah berumur, kaya raya dan memiliki pengetahuan yang luar biasa dalam seni, arsitektur dan bahasa. Ia juga disebut sebagai alchemist sejati yang telah memperoleh pengetahuan mengenai rahasia Philosopher's Stone. Namun, identitas pria misterius ini masih dirahasiakan dari anggota perkumpulan lainnya. Hanya Canseliet dan Champagne yang pernah bertemu muka dengannya.

Para anggota yang tidak pernah berjumpa dengan master alchemist ini mulai meragukan keberadaannya, sampai suatu hari, sebuah buku misterius muncul.

Buku itu muncul di Paris pada tahun 1926 dengan judul "Le Mystere des Cathedrales" atau 'The Mystery of Cathedrals" dan hanya dicetak sebanyak 300 eksemplar.

Konon, siapa saja yang membaca buku itu dengan cara yang tepat akan mengetahui rahasia transmutasi seperti mengubah timah menjadi emas. Nama pengarang yang tercantum di sampul depan buku itu hanya satu kata, Fulcanelli.

36 Ilustrasi pada buku itu dibuat oleh Jean Julien Champagne dan kata pengantarnya ditulis oleh Eugene Canseliet. Canseliet mengaku telah mengatur penerbitan buku itu atas permintaan pribadi dari Fulcanelli.

Dengan terbitnya buku ini, keraguan akan keberadaan tokoh misterius itu sirna karena buku itu mengandung tingkat intelektualitas yang luar biasa.

Buku ini berisi topik mengenai interpretasi simbol pada berbagai katedral Gothic dan bangunan lain di Eropa. Menurut isi buku ini, bangunan-bangunan Gothic tersebut menyembunyikan instruksi alchemy dalam simbol-simbol yang terukir di bangunan itu.

Walaupun topik ini sudah pernah disinggung oleh banyak penulis sebelumnya, namun tidak pernah ada orang yang menulis dengan cara yang begitu jelas dan spesifik. Dengan demikian Fulcanelli mulai menjadi pusat perhatian di kalangan para alchemist dan okultis di paris.

Pada tahun 1930, buku kedua kembali muncul. Judulnya "Les Demeures Philosophales" atau 'The Dwellings of the Philosophers". Sekali lagi, Canseliet menulis kata pengantarnya dan Champagne membuat ilustrasinya.

Canseliet mengaku kalau Fulcanelli sebenarnya juga telah membuat buku ketiga yang berjudul "Finis Gloria Mundi" atau "The End of Worldly Glory". Namun, entah mengapa, Fulcanelli memerintahkan untuk menghancurkan naskahnya sebelum diterbitkan.

Menurut Canseliet, Fulcanelli pernah memberikan kepadanya sejumlah bubuk alchemy yang disebut "powder of projection" pada tahun 1922. Dengan bubuk ini, Fulcanelli mengijinkan Canseliet mengubah empat ons timah menjadi emas.

Transmutasi
Kesaksian Canseliet mengenai kemampuan Fulcanelli mengubah logam menjadi emas diteguhkan oleh Albertus Spagyricus.

Dalam bukunya yang berjudul "The Alchemist of the Rocky Mountains", ia mengatakan kalau Fulcanelli pernah mengubah setengah pon timah menjadi emas dan mengubah empat ons perak menjadi uranium di tahun 1937.

Peristiwa transmutasi ini terjadi di Castel de Lere, dekat Borges dan disebut-sebut disaksikan oleh Pierre de Lesseps bersama dua ahli fisika, seorang ahli kimia dan seorang ahli geologi.

Albertus berkata:
"Ketika Fulcanelli menambahkan substansi tak dikenal kedalam setengah pon timah cair, timah itu berubah menjadi emas dengan berat yang sama. Fulcanelli melakukan hal yang sama dengan perak yang kemudian segera berubah menjadi Uranium. Ketika ditanya nama substansinya, ia hanya mengatakan kalau substansi itu berasal dari Ferrous Pyrite."
Tentu saja, jika peristiwa ini benar terjadi, maka tidak diragukan lagi, Fulcanelli mungkin adalah satu-satunya alchemist abad 20 yang berhasil melakukan transmutasi.

Selain kemampuannya melakukan transmutasi, Fulcanelli juga dipercaya memiliki pengetahuan yang jauh lebih maju dibanding jamannya. Kesaksian mengenai ini datang dari seorang ahli kimia yang juga jurnalis bernama Jacques Bergier.

Pertemuan dengan Jacques Bergier
Pada Juni 1937, Bergier mengaku pernah didatangi oleh seorang pria misterius yang memintanya untuk menyampaikan pesan kepada ilmuwan fisika Andre Helboner. Pria misterius itu berkata kalau ia merasa berkewajiban memperingatkan mereka akan bahaya yang bisa ditimbulkan dari usaha memanipulasi energi nuklir. Saat itu, bom atom belum tercipta. Ini berarti pria misterius tersebut memiliki pengetahuan yang belum dikenal luas di dunia sains saat itu. Bergier yakin kalau pria itu adalah Fulcanelli.

Jacques Bergier

Yang lebih aneh lagi adalah, setelah kunjungan ke Bergier, American Office for Strategic Services (Cikal bakal CIA) mulai mengadakan penelitian yang ekstensif mengenai sosok Fulcanelli hingga akhir perang dunia II. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan semua ilmuwan yang memiliki pengetahuan awal mengenai nuklir untuk mencegah pembelotan kepada pihak musuh. Tetapi Fulcanelli tidak pernah ditemukan.

Pertemuan Terakhir Canseliet dan Fulcanelli
Dalam kesaksiannya puluhan tahun kemudian, Canseliet mengaku berjumpa lagi dengan Fulcanelli pada tahun 1954 dimana ia melihat Fulcanelli tidak bertambah tua. Ini menunjukkan kalau ia juga berhasil menemukan rahasia Elixir of Life.
"Master sudah sangat tua, namun 80 tahun seperti biasa saja baginya. 30 tahun kemudian, aku kembali melihatnya dan ia terlihat seperti seseorang yang berusia 50 tahun. Ia tidak terlihat lebih tua dibandingkan saya."
Saat itu Canseliet mengadakan perjalanan ke Seville, Spanyol, dimana ia dibawa melewati jalan yang berliku-liku menuju sebuah kastil besar yang berada di antara pegunungan. Setibanya disana, ia disambut oleh Fulcanelli sendiri.

Di dalam kastil, Canseliet mengaku melihat ada wanita dan anak-anak berpakaian seperti abad pertengahan. Lalu, Fulcanelli membawanya ke sebuah laboratorium dan mengijnkannya untuk melakukan eksperimen. Setelah perjumpaan itu, ia tidak pernah bertemu dengan Fulcanelli lagi.

Sosok Fulcanelli tidak pernah muncul lagi ke permukaan. Canseliet juga mengatakan kalau tahun itu adalah tahun terakhir perjumpaannya dengan tokoh misterius itu.

Jadi, disinilah misterinya berada. Apakah Fulcanelli benar-benar ada?

Siapa Fulcanelli Sebenarnya
Sejak kemunculannya, tokoh misterius ini telah menghantui para penganut alchemy dan okultisme di seluruh dunia hingga hari ini. Identitasnya yang tersembunyi membuat Fulcanelli dikultuskan oleh banyak kelompok alchemy di seluruh dunia.

Ada teori kalau Fulcanelli sebenarnya adalah anggota terakhir keluarga kerajaan Perancis, The Valois. Keluarga ini memang sejak lama telah tertarik dengan hal-hal magis dan mistik. Walaupun seluruh keluarga ini telah dibasmi oleh raja Henri III pada tahun 1589, namun ada keturunannya yang masih bertahan hingga tahun 1615.

Ada lagi teori yang mengatakan kalau Fulcanelli adalah penjual buku okultis, Pierre Dujols. Namun, Dujols diketahui bukan seorang alchemist sejati.

Yang lain percaya kalau Fulcanelli adalah salah satu dari tiga alchemist yang hidup di Perancis saat itu yang menggunakan pseudonim Auriger, Faugerons dan Dr.Jaubert. Namun, argumen melawan teori ini cukup masuk akal. Jika Fulcanelli adalah salah seorang dari mereka, mengapa menggunakan lebih dari satu nama alias?

Lalu, sebagian lagi mencurigai Pierre de Lesseps. Lambang keluarga Lesseps adalah kuda laut. Lambang Fulcanelli yang ditemukan di buku pertamanya juga kuda laut.


Patrick Riviere, murid Canseliet, punya pendapat berbeda. Ia percaya kalau Fulcanelli adalah Jules Violle, ahli fisika terkenal Perancis.

Jules Violle
Violle adalah seorang ahli fisika yang meneliti radiasi matahari dan penyerapannya oleh atmosfer.

Lalu, sebagian lagi percaya kalau Fulcanelli adalah F Jolivet Castelot, presiden dari Alchemist's Society of France tahun 1914.
Pria ini juga merupakan anggota dari Ordo Kabalistik de la Rose-Croix yang legendaris. Kesimpulan ini diambil karena pada sampul belakang buku kedua Fulcanelli yang berjudul "Les Demeures Philosophales" terdapat lambang perisai Dom Robert Jollivet, seorang biarawan abad ke-13 yang juga mempelajari alchemy. Jadi, wajar kalau orang mengira Fulcanelli adalah keturunan langsung dari Castelot.

Yang lain, mencoba mengambil jalan tengah. Menurut mereka, Fulcanelli bukan pseudonim dari satu orang, melainkan merujuk kepada The Brotherhood of Heliopolis yang didirikan oleh Champagne dan Cansaliet.

Namun, dari semua dugaan tersebut, dugaan paling populer selalu berkisar kepada dua tokoh yang memperkenalkan Fulcanelli ke publik untuk pertama kalinya, Yaitu Canseliet dan Champagne. Kedua orang inilah yang terlibat langsung dengan buku Fulcanelli dan mengaku mengenal Fulcanelli secara pribadi.

Canseliet dan Champagne yang misterius
Apakah Canseliet adalah tokoh dibalik nama Fulcanelli?

Ada beberapa keberatan mengenai teori ini. Saat buku pertama Fulcanelli terbit, usia Canseliet masih 20an tahun. Ia dianggap masih terlalu muda untuk memperoleh pengetahuan luas mengenai subjek alchemy yang rumit. Lagipula, penelitian terhadap gaya bahasanya pada kata pengantar menunjukkan adanya perbedaan dengan gaya bahasa pada isi buku tersebut.

Karena itu, mata orangpun tertuju kepada Champagne, sang ilustrator buku Fulcanelli. saat buku itu terbit, umurya sudah 50 tahun lebih.

Penerbit buku Fulcanelli bernama Jean Schemit percaya kalau Champagne adalah Fulcanelli karena pada beberapa kesempatan Canseliet menyebut Champagne sebagai masternya. Champagne lahir tahun 1877 dan sudah mempelajari alchemy sejak usia 16 tahun. Tahun 1916. Ia bertemu Canseliet yang berusia 17 tahun dan mengangkatnya sebagai murid.

Menurut beberapa orang, Champagne pernah mengakui kepada mereka kalau ia adalah Fulcanelli. Menariknya, di buku Le Mystere des Cathedrales, ada moto yang tertulis: UBER CAMPA AGNA. Bunyi kalimat ini memiliki kesamaan fonetik dengan nama lengkap Champagne, Jean-Julien Hubert Champagne.

Argumen ini diperkuat dengan fakta kalau Champagne adalah sosok dibalik pendirian perkumpulan Freres d'Heliopolis.

Namun, ada beberapa hal yang membuat orang menolak teori ini, yaitu karakter Champagne yang sepertinya tidak sesuai dengan kriteria seorang master alchemist.

Champagne adalah seorang pembual. ia juga suka berkelakar, suka bersilat lidah dan juga sering mabuk. Jadi, wajar saja kalau ia kadang suka mengaku sebagai Fulcanelli. Ia meninggal tahun 1932 akibat infeksi yang parah. Jempol kakinya bahkan sampai lepas dengan sendirinya. Sangat tragis untuk seorang master alchemist sejati.

Sepeninggal Champagne, Eugene Canseliet terus melakukan penelitian di bidang alchemy hingga meninggal pada tahun 1982. Sebelum kematiannya, ia mengakui kalau ia gagal memecahkan rahasia Philosopher's Stone ataupun Elixir of Life.

Dengan demikian, identitas Fulcanelli yang misterius ikut terkubur bersama dengan kematiannya.

(wikipedia, cassiopaea.org, allexperts.com)